Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Sistem EFI dan Karburator

Perbedaan Sistem EFI dan Karburator - Sistem EFI dan sistem karburator yang digunakan pada kendaraan bermotor merupakan suatu bagian yang terintegrasi dengan engine. Kedua sistem ini merupakan sistem utama yang memiliki fungsi sebagai penyalur bahan bakar ke dalam silinder. Jadi perlu kalian tahu pada dasarnya fungsi dari sistem EFI dan karburator adalah sama

Singkatnya gini, mobil dan sepeda motor yang kita pakai sehari hari itu menggunakan engine sebagai penggeraknya. Dimana tipe engine (motornya) adalah motor bakar, nah untuk kenapa namanya motor bakar kalian bisa baca pada bagian pengertian engine.

Lebih spesifik lagi, motor bakar yang dipakai adalah adalah internal combustion engine (motor pembakaran dalam). Dimana jenis motor (penggerak) ini mengandalkan combustion (pembakaran) untuk membuat kendaraan bisa menghasilkan tenaga / engine running.
Syarat terjadi pembakaran pada internal combustion engine adalah harus terciptanya reaksi pembakaran, dengan komponen bahan bakar, oksigen dan sumber panas.

Nah fungsi dari sistem EFI dan sistem karburator ini adalah untuk melayani engine supaya reaksi pembakaran bisa terjadi dengan cara menyalurkan bahan bakar dan udara ke dalam silinder, tentunya dengan rasio campuran yang sesuai.

Dimanakah letak perbedaan antara sistem EFI dan Karburator?

Oke jadi perbedaan paling mendasarnya adalah terletak pada prinsip dan metoda yang berbeda dalam mendeteksi volume udara yang masuk dan sistem pengaliran bahan bakarnya

Walaupun memiliki fungsi yang sama sebagai sistem bahan bakar, namun secara lebih spesifik ada beberapa perbedaan antara system EFI dan system bahan bakar konvensional (karburator).

Perbedaan Sistem EFI dan Karburator

1. Sistem EFI menggunakan kontrol elektronik sementara sistem karburator tidak

EFI

Perbedaan Sistem EFI dan Karburator

Perbedaan paling mendasar adalah mengenai penggunaan kontrol elektronik. Dimana penggunaan kontrol elektronik ini akan mempengaruhi cara kerjanya. 

Sistem EFI (injeksi) menggunakan berbagai perangkat elektronik untuk membaca kondisi lingkungan (suhu dan tekanan) maupun kondisi pengendaraan yang variatif. Dengan penggunaan kontrol elektronik, sistem EFI lebih mampu mengatasi kondisi variatif ini dibandingkan dengan sistem karburator.

Sistem kontrol elektronik membutuhkan aliran listrik untuk memberi daya pada sensor, ECU, serta aktuator seperti pompa bahan bakar dan injektor.

Karburator
Sementara pada sistem bahan bakar konvensional  (karburator) bekerja secara mekanis dan tidak menggunakan kontrol elektronik yang membutuhkan arus listrik. Pada mesin yang masih mengandalkan sistem karburasi, bensin dipasok ke dalam silinder berdasarkan isapan piston ketika langkah isap. Proses aliran udara terinduksi secara alami dengan menggunakan efek venturi, yaitu dengan memanfaatkan perubahan kecepatan aliran udara yang menghasilkan perubahan tekanan.

2. Pembentukan campuran udara dan bahan bakarnya (Air fuel mixture)

EFI
Sistem EFI (sistem bahan bakar elektronik) memiliki 2 perangkat elektronik untuk mengukur volume udara yang masuk dan bahan bakar yang diinjeksikan. 
  • Volume udara masuk akan diukur oleh sensor
  • Jumlah bahan bakar yang diinjeksikan akan ditentukan oleh ECU berdasarkan hasil pendeteksian sensor

Dalam sistem injeksi bahan bakar, sensor akan mengukur volume udara yang masuk melalui intake manifold atau kecepatan aliran udara. Kemudian sensor akan mendeteksi dan mengirimkan sinyal berupa pulsa tegangan ke ECU. ECU akan mengolah sinyal tersebut dan mengirimkan sinyal ke injector untuk menginjeksikan bahan bakar dengan tepat.

Karburator
Dalam sistem bahan bakar konvensional dengan karburator, ketika mesin berada dalam kondisi idle (stasioner), volume udara yang masuk diukur melalui perubahan tekanan (vacuum) yang terjadi pada idle port dan slow port yang berada dekat dengan katup gas. Bahan bakar yang mengalir melalui lubang-lubang tersebut relatif kecil.

Pada kondisi operasional standar, pengukuran volume udara yang masuk dilakukan berdasarkan vakum pada venturi dan sejalan dengan jumlah bahan bakar yang mengalir ke nosel utama pada venturi.
Perbedaan Sistem EFI dan Karburator

3. Karburator menggunakan sistem choke sementara EFI tidak

Selama starting (Menghidupkan mesin diawal)
Dalam proses menghidupkan mesin, dibutuhkan campuran udara dan bahan bakar yang memiliki rasio yang kaya untuk mempercepat prosesnya. Khususnya bila temperature rendah. Semakin rendah temperatur maka semakin banyak bahan bakar yang dibutuhkan agar proses pembakaran di dalam ruang bakar bisa terjadi. Hal ini disebabkan karena:
  • Udara padat sehingga kecepatan masuknya udara rendah
  • Temperature yang rendah membuat bahan bakar sulit untuk menguap
Kondisi diatas akan membuat kendaraan sulit untuk dihidupkan selama cold start karenanya ada sistem khusus yang dibuat untuk membantu mengatasi permasalahan ini, berikut perbedaannya:

Karburator
Pada karburator terdapat sistem choke. Jika suhu mesin masih rendah (saat starting), choke valve akan menutup rapat untuk membantu meningkatkan konsentrasi bahan bakar dalam campuran udara-bahan bakar. Choke valve berfungsi menghambat aliran udara sebelum mencapai karburator. Tidak adanya udara yang masuk ke karburator akan membuat terjadinya kevakuman selama langkah isap sehingga bahan bakar pada tempat penampungan akan tertarik lebih banyak dan masuk ke dalam silinder. Saat ini campuran menjadi lebih kaya dan mesin jadi mudah dihidupkan. Setelah mesin menyala, katup choke akan secara bertahap terbuka oleh choke breaker untuk mencegah campuran udara dan bahan bakar menjadi terlalu kaya.

EFI
Pada kendaraan dengan kontrol elektronik (Sistem EFI) kita tidak akan menemukan tuas choke. Ketika melakukan starting, water temperature sensor (sensor suhu air) akan mendeteksi suhu air pendingin yang masih rendah. Informasi ini akan menunjukkan bahwa kendaraan baru saja dihidupkan.

Hasil deteksi dari sensor suhu air pendingin akan dikirim ke ECU untuk dihitung, sehingga ECU dapat menentukan volume bahan bakar yang harus diinjeksikan agar mesin dapat beroperasi pada suhu tertentu. 

Pada kendaraan EFI, pembukaan injektor akan mempengaruhi banyak sedikitnya bahan bakar yang diinjeksikan. Pembukaan katup tersebut diatur oleh sinyal yang diterima ECU dan perhitungan ECU dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan oleh sensor.

4. Sistem EFI lebih irit daripada sistem karburator

Terdapat beberapa alasan mengapa sistem EFI (Electronic Fuel Injection) lebih efisien dalam hal bahan bakar dibandingkan dengan karburator :
  • Pengabutan bahan bakar lebih baik.
  • Campuran udara dan bahan bakar yang terbentuk lebih merata secara keseluruhan.
  • Sensor pada sistem EFI mampu mendeteksi perubahan apapun, baik itu di lingkungan sekitar atau kondisi pengendaraan. Hal ini memungkinkan sistem bahan bakar untuk menentukan campuran yang tepat secara akurat berdasarkan informasi yang diperoleh dari sensor.
  • Sistem EFI memiliki sensor koreksi yang dapat mengevaluasi jika campuran terlalu kaya/miskin. Ini menjaga agar campuran tetap ideal dan menghasilkan power yang tinggi.

5. Pada sistem EFI menggunakan Sensor sementara karbu tidak

Perbedaan sistem EFI dan Karburator (sistem bahan bakar konvensional) yang selanjutnya adalah dalam hal penggunaan sensor. Pada sistem EFI digunakan sensor-sensor untuk mendeteksi berbagai kondisi variatif linkungan (suhu maupun tekanan) dan beban kerja mesin. Fitur yang tidak ada pada sistem karburator adalah kemampuan menggunakan sensor untuk mendeteksi semua kondisi dan variabel yang mempengaruhi kendaraan. Dengan penggunaan sensor, semua kondisi dan variabel tersebut dapat terdeteksi sehingga efisiensi dapat dicapai dalam berbagai kondisi pengoperasian.

Pengontrolan secara elektronik dan penggunaan sensor membuat kerja mesin jadi lebih optimal, baik dari segi pencampuran udara dan bahan bakar yang lebih homogen, maupun emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan.

Berikut merupakan sensor-sensor yang terdapat di dalam sistem EFI:

1. Crankshaft Position Sensor (CKP)
2. Camshaft Position Sensor (CMP)
3. Throttle Position Sensor (TPS)
4. Engine Collant Temperature Sensor (ECT)
5. Intake Air Temperature Sensor (IATS)
6. Oksigen Sensor (O2 Sensor)
7. Manifold Absolute Pressure (MAP)
8. Knock Sensor
9. Air Flow Meter (AFM)

Sensor sensor diatas melakukan pendeteksian berbagai kondisi variatif yang mungkin terjadi. Dimana sensor pada sistem EFI dibagi dalam 2 kategori yaitu sensor utama dan juga sensor koreksi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sensor pada Sistem EFI kalian bisa baca mengenai 9 sensor EFI dan fungsinya.

Sementara untuk sistem karburator, tidak menggunakan sensor sensor seperti diatas, pada proses karburasi volume bensi yang dikarburasikan hanya bergantung pada kecepatan udara yang melewati venturi. Kecepatan udara ini akan menurunkan tekanan pada bagian yang dilewatinya sehingga uap bahan bakar bisa tertarik akibat kevakuman dan masuk ke dalam silinder. Untuk kondisi variatif seperti kondisi membawa beban atau saat putaran mesin tinggi akan dibantu oleh sistem power dan sistem speed didalam karburator yang juga bekerja secara mekanis.

Berikut beberapa perbedaan dari sistem EFI dan Karburator, terima kasih telah mengunjungi tekniku.id . Semoga artikel ini bermanfaat.

Post a Comment for "Perbedaan Sistem EFI dan Karburator"